Mau ke mana di tahun 2025? Bucket list mana lagi yang mau dicoret? tana toraja
Eksotisnya Tana Toraja, Sulawesi Selatan: Bucket List Liburan 2025
Rumah Adat Tongkonan Tana Toraja
Rumah adat Tongkonan Tana Toraja |
Mau ke mana di tahun 2025? Bucket list mana lagi yang mau dicoret? tana toraja
Rumah adat Tongkonan Tana Toraja |
"Honeymoon nanti kita jadinya pergi ke mana ini? Udahlah ke Bali aja, yok," pinta suamiku saat dalam perundingan menentukan destinasi bulan madu kami.
Pura Ulun Danu Bratan |
Desa Panglipuran, Bali |
Matahari sudah tak sabar ingin kembali ke peraduannya, sementara aku dan adikku berada di tanah antah-berantah. Perjalanan yang harus kami tempuh masih panjang, ban motor pecah, kami berdua sama sekali nggak pegang uang cash, dan mesin ATM tak juga kami temukan hingga rasa takut mulai menghampiri. Kurang sial apa lagi, coba?
Digitalisasi BRI: BRImo |
Digitalisasi BRI: BRILink |
Lagi-lagi kita diingatkan bahwa kematian itu begitu dekat. Kali ini, lewat satu keluarga utuh yang sebelumnya selalu bahagia. Ya, kita tahu siapa.
Sudah beberapa hari ini kita menunggu kabar dari Emmeril Khan Mumtaz, atau yang biasa dipanggil Eril. Sejak beberapa hari lalu pulalah, Eril ditunggu oleh keluarganya, terutama sang ayah dan mamah, Pak Ridwan Kamil dan Ibu Atalia. Eril dinyatakan hilang di sungai Aare, Swiss.
Kita semua turut bersedih, dan mendoakan agar Eril bisa segera ditemukan dan selamat tanpa kurang suatu apa.
Namun, malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Setelah satu minggu pencarian, akhirnya Eril akhirnya dinyatakan telah meninggal dunia.
Seketika Indonesia berduka. Kita semua berduka.
Betapa kita patah hati berjamaah mendengar berita tersebut. Keikhlasan dan ketegaran yang ditampakkan oleh pak Ridwan Kamil dan ibu Atalia itu, Ya Allah.
Sekarang, sudah saatnya kita untuk pulang dan memeluk keluarga di rumah. Beri tahu mereka bahwa mereka adalah hal berharga di hidup kita.
Kelabu bulan Juni, untuk kita semua.
Pagi itu langit kelabu.
Rinai hujan tak kunjung henti menyebarkan bau tanah basah. Matahari masih enggan menampakkan cahayanya, tidak peduli hanya ada kegelapan belaka.
Tentu saja refleks terbaik adalah menarik selimut dan kembali tidur, namun kesadaran bahwa masih ada tugas yang harus diselesaikan memaksaku untuk membuka mata. Hingga akhirnya tugas terakhir di hari itu pun usai bersamaan dengan senja yang mengucapkan selamat tinggal. Langit kembali kelam, pekat.
Fix, sidang isbat menyatakan bahwa besok kita akan merayakan hari kemenangan. Idulfitri 1 Syawal 1443 H / 2022 M jatuh pada tanggal 2 Mei 2022.
Di tengah keramaian, lagi-lagi aku terjebak dalam pikiran sendiri saat pesan tersebut tak sengaja terbaca. Ada perang di kepala saat aku menyadari bahwa lebaran tahun ini adalah Idulfitri keempat tanpa ayah di sisi.
Idulfitri keempat tanpa Ayah yang selalu sibuk ketika di pagi Lebaran dan kami anak-anaknya masih bersiap-siap, sementara waktu terus berjalan dan kami sekeluarga harus segera beranjak pergi. Idulfitri keempat tanpa Ayah dengan senyumnya tatkala kami berkumpul setelah pulang dari salat id. Idulfitri keempat tanpa mendengar suaranya.
Hingga suara-suara lain menyadarkan bahwa aku sedang bersama orang-orang. Ah, tak berguna membiarkan kegaduhan di kepalaku itu terus berlanjut, ternyata.
Kami rindu, Ayah. Lebaran keempat tanpamu dan rasa kehilangan itu kiranya masih tetap sama.